09 Agustus 2011

konsumsi BBM

Sejarah Singkat Bahan Bakar Minyak
(BBM)
Menurut Ensiklopedia Britannica, penemuan minyak bumi diperkirakan pertama kali sekitar 5000 tahun sebelum masehi oleh bangsa Sumeria, Asyiria, dan Babilonia kuno. Namun mereka tidak menambang sebagaimana zaman sekarang. Mereka mengambil dari rembesan minyak bumi di permukaan tanah.
Fungsi minyak bumi waktu itu sebagai obat luka, pencahar, atau pembasmi kutu. Seiring perkembangan peradaban, minyak bumi kemudian dipakai untuk perang. Abad pertama masehi, Bangsa Arab dan Persia berhasil menemukan teknologi destilasi sederhana minyak bumi. Destilasi ini menghasilkan minyak yang mudah terbakar. Minyak ini dipakai untuk tujuan militer.
Ekspansi Bangsa Arab ke Spanyol merupakan awal lahirnya teknologi destilasi di kalangan masyarakat Eropa Barat pada abad ke-12. Tapi sampai di sini minyak bumi belum merupakan bahan bakar utama. Saat itu belum ada teknologi mesin yang bisa menggerakkan motor.
Beberapa abad kemudian, bangsa Spanyol melakukan eksplorasi minyak bumi di tempat yang sekarang kita kenal dengan Kuba, Meksiko, Bolivia, dan Peru. Pertengahan abad ke-19, masyarakat Eropa dan Amerika Utara mulai menggunakan minyak tanah atau minyak batu-bara untuk penerangan.
Awalnya, yang dipakai untuk

menggerakkan mesin adalah tenaga otot manusia, hewan, atau bahan bakar kayu. Setelah James Watt menemukan mesin uap yang memicu revolusi industri, masyarakat dunia terus-menerus mencari sumber energi yang lebih murah dan praktis.
Lalu ditemukan minyak cair dalam perut bumi. Minyak ini berasal dari sisa fosil yang berabad-abad terpendam di perut bumi. Minyak ini memenuhi kriteria bahan bakar yang mudah dipakai. Pengeboran minyak bumi pertama tercatat dilakukan di Pennsylvania, Amerika Serikat, tahun 1859, di tambang milik Edwin L. Drake, pelopor industri minyak bumi dunia.

Dengan semakin berkembangnya teknologi kendaraan bermotor, jenis bahan bakar minyak pun semakin beragam. Minyak mentah (crude oil) hasil penambangan didestilasi menjadi beberapa fraksi bahan bakar seperti minyak tanah, solar, dan bensin.
Bahan bakar ini berisi rantai hidrokarbon (hidrogen dan karbon). Ketika dibakar dengan oksigen, rantai hidrokarbon ini menghasilkan energi dan karbondioksida. Energi ini dipakai untuk menggerakkan mesin untuk berbagai keperluan, mulai kendaraan bermotor, industri, sampai urusan dapur. Sementara karbon dioksida di atmosfir yang menumpuk sejak revolusi industri abad ke-19 kini dikambing hitamkan sebagai biang pemanasan global.
Berkembangnya teknologi sekarang membuat banyak penggunaan tentang bahan bakar ini di berbagai dunia yang tidak dapat di pisahkan dari kehidupan sehari-hari. Indonesia adalah negara yang paling banyak mengkosumsi terhadap bahan bakar minyak sebagai pergerak roda ekonomi pusat maupun daerah.

Perkembangan BBM Indonesia
Pertamina sebagai perusahaan negara penyuplai kebutuhan dalam negeri dan menjaga agar stock BBM tetap mencukupi, ini bisa dilihat dari kebutuhan tiap pertahunnya bahwa tahun ini Pertamina mampu memenuhi kebutuhan dalam negeri Pada tahun 2010 Pertamina berhasil mencapai produksi minyak sebesar 70 juta barrel dan produksi gas 532,8 BSCF atau total minyak dan gas sebesar 443,79 MBOEPD (Thousand Barrels of Oil Equivalents Per Day).

TAHUN PREMIUM SOLAR MINYAK TANAH
2011 4.500 4.500 2.500
2009 4.500 4.500 2.500
2008 5.000 4.800 2.500
2005 4.500 4.300 2.000
2003 1.810 1.890 1.970
Dartar harga BBM di lihat dari beberapa tahun
Sebelumnya pada tahun 2009 produksi Pertamina mencapai 412,94 MBOEPD yang terdiri dari produksi minyak sebesar 64,40 juta barrel dan gas sebesar 502,05 BSCF. Produksi geothermal pada 2010 mencapai 15,96 juta ton, sementara pada tahun 2009 15,77 juta ton.
Pertamina berhasil mencapai tingkat kesehatan perusahaan SEHAT pada kategori AA dengan skor 90,85, meningkat dari skor di tahun 2009 yaitu A dengan skor 79,21. Sementara, pencapaian skor Korporat 86.79% di tahun 2010 yang termasuk dalam kategori baik meningkat dibandingkan tahun 2009 sebesar 83,56%.
Rapat Umum Pemegang Saham PT Pertamina (Persero) yang dilaksanakan pada 14 Juni 2011 di Kantor Kementerian BUMN jakarta pusat, menyetujui dan mengesahkan Laporan Keuangan Perseroan tahun buku 2010 (audited) dengan pencapaian laba sebesar Rp. 16,77 triliun serta menyepakati pembayaran dividen kepada Pemerintah sebesar Rp. 7,12 triliun. Laba di tahun 2010 ini meningkat 3% dibandingkan laba 2009 mengingatkan pada tahun 2010 terdapat kerugian pada penjualan BBM PSO (Public Service Obligation/BBM bersubsidi) akibat rendahnya patokan alpha yang diberikan pada Pertamina sehingga menyebabkan kerugian sebesar Rp. 2,5 triliun dan kerugian dari bisnis LPG non PSO.
Pada tahun 2010 akuisisi yang dilakukan Pertamina mencakup mengakuisisi Block Offshore South East Sumatera (OSES) sebesar 13,07%, menambah Participating Interest di Block Offshore North West Java (ONWJ) sebesar 7,25%, dan kesertaan Pertamina di Block Semai II Papua Barat sebesar 15% melalui mekanisme Pertamina Participating Interest (PPI). Pertamina juga menambah 2 (dua) konsesi block Coal Bed Methane (CBM) yaitu Block Muara Enim I Sumatera Selatan dan Block Tanjung I Area 2 Kalimantan Selatan.

Harga BBM Turun Bagi Ekonomi
Langkah pemerintah menurunkan harga BBM tersebut juga melegakan banyak pihak, karena merupakan respons positif terhadap perkembangan lingkungan ekonomi eksternal, yang memang memberikan cukup ruang untuk menurunkan harga BBM. Pihak yang pertama kali diuntungkan oleh keputusan pemerintah tersebut, tentunya masyarakat pengguna kendaraan pribadi. Untuk itu, pemerintah dituntut tegas agar paket penurunan harga dan tarif berjalan efektif di lapangan. Jangan sampai inisiatif mulia tidak membawa dampak signifikan terhadap penyelesaian krisis ekonomi.
Dilihat dari tahun 2009 kondisi pemrintah menurunkan penjualan BBM kepada masyarakat berdampak pada stabilitas laju ekonomi, Penurunan BBM ini bakal berdampak berantai yang cukup signifikan terhadap kegiatan perekonomian, karena penurunan BBM juga diikuti dengan penurunan tarif dasar listrik untuk industri. Sehingga membengkaknya beban biaya yang selama ini dikeluhkan kalangan pengusaha, sudah bukan menjadi masalah lagi. Turunnya harga BBM dan tarif listirk jelas diharapkan bisa mendorong turunnya biaya produksi, sehingga berlanjut pada turunnya harga barang dan jasa. Akhirnya daya beli masyarakat akan lebih terangkat.
Kebijakan menurunkan harga sejumlah barang dan jasa serentak pasti menolong daya beli masyarakat. Namun, cuaca buruk mengancam distribusi. Kita lebih yakin penurunan harga BBM dan penurunan penalti pemakaian listrik dapat direalisasikan segera sesuai keputusan pemerintah tersebut. Pasalnya, dua perusahaan pengelola, Pertamina untuk BBM dan PLN untuk listrik, sepenuhnya dikuasai pemerintah, dan memang harus menjalankan misi pemerintah. Akan tetapi, khusus untuk BBM, kendati harga turun, ketersediaan suplainya masih harus ditunggu buktinya.
Manakala ketersediaan barang dan jasa tadi tidak memenuhi harapan, masuk akal jika masyarakat kemudian menilai kebijakan pemerintah bernuansa pencitraan politis ketimbang orientasi sosial berupa kesejahteraan. Perlu ditegaskan bahwa pasokan atau ketersediaan komoditas tersebut pada saat yang tepat sesuai kebutuhan masyarakat jauh lebih utama. Kebijakan baru efektif jika suplai tetap mengalir lancar.
Keputusan penurunan harga BBM diharapkan terjadi efek ekonomi berantai yang segera dirasakan masyarakat. Namun efek itu sulit terjadi jika dua sektor penting, yaitu transportasi dan perbankan, tidak segera merespons dengan positif. Tanpa peran kedua sektor tersebut, upaya pemerintah menurunkan harga bahan bakar tidak banyak dirasakan manfaatnya oleh masyarakat.
Penurunan harga bahan bakar minyak (BBM), diharapkan berdampak luas pada penurunan barang dan jasa, sehingga akan mengurangi beban kehidupan masyarakat. Kebijakan pemerintah menurunkan harga BBM tersebut harus didukung instansi terkait dan pengusaha, sehingga distribusi BBM ke publik menjadi lancar dan turunnya harga barang maupun jasa bisa segera terwujud.

Perbandingan harga BBM di beberapa negara ASEAN

Berikut data-data harga jual BBM di sejumlah negara Asia seperti dikutip PT.Pertamina Persero.
NEGARA SOLAR/LITER PREMIUM/LITER
Indonesia 4.500 4.500
Malaysia 4.784 5.066
Vietnam 7.049 7.759
India 6.691 9.103
Thailand 7.367 8.777
Filipina 6.590 8.451
Singapura 8.429 11.560

Daftar nilai harga BBM di negara ASEAN


Kenaikan harga minya dunia tidak dapat dihindari, karena merupakan keadaan yang pasti terjadi. Kenaikan harga minyak dunia sangat dipengaruhi oleh kondisi politik, selain itu kenaikan harga minyak dunia juga dipengaruhi oleh jumlah konsumsi Masyarakat dunia terhadap minyak dari tahun ke tahun sehingga membuat persedian minyak dunia menipis. Kenaikan harga minyak dunia sangat mempengaruhi besar kecilnya beban subsidi BBM yang akan dikeluarkan pemerintah Republik Indonesia.


Peningkatan BBM Tahun 2010
Pada APBN 2010 subsidi BBM mencapai 88,89 Triliun dan meningkat menjadi 92,79 Triliun pada APBN tahun 2011. Kenaikan Subsidi tersebut disebabkan oleh kenaikan harga minyak mentah dunia yang didorong oleh krisis timur tengah selain itu kenaikan subsidi juga dikarenakan jumlah kendaraan bermotor yang makin subur. Data dari kepolisian Republik Indonesia menyebutkan dari tahun ketahun pertumbuhan kendaraan bermotor di Indonesia tumbuh sekitar 5-6 % pertahun. Dengan jumlah kendaraan bermotor yang meningkat jelas hal ini akan menjadi beban pemerintah terhadap perilaku kelompok masyarakat konsumtif.
Sebagian besar dari penggunaan Bahan Bakar Minyak adalah kaum menengah keatas, karena kelompok masyarakat yang sanggup untuk membeli kendaraan bermotor merupakan kelompok masyarakat berpenghasilan lebih dari 2 juta perbulan. Jelas hal ini menjadi beban pemerintah karena setiap tahun pemerintah harus membantu kelompok masyarakat dengan pola hidup konsumtif seperti ini. Data Statistic (BPS) menyebutkan pada tahun 2008 pengguna kendaraan bermotor yang ada di Indonesia mencapai 65.273.451, jika menggunakan asumsi kenaikan jumlah kendaraan bermotor 6 % pertahun maka jumlah kendaraan bermotor di Indonesia bisa mencapai 75 juta unit ditahun 2011. kondisi seperti ini merupakan surga bagi para produsen otomotif untuk memperbesar jumlah penjualannya di Indonesia dan semakin membebani pemerintah dengan subsidi yang membengkak dari tahun ke tahun.
Subsidi BBM yang tak terkendali sebenarnya untuk membantu kelompok masyarakat konsumtif dan kelompok masyarakat menengah keatas, sedangkan kelompok masyarakat bawah harus menikmati kepulan asap dan transportasi umum yang tidak layak operasi. Beberapa waktu yang lalu pemerintah mengeluarkan kebijakan bahwa kendaraan roda dua harus menggunakan BBM Non-subsidi sedangkan kendaraan roda empat diperbolehkan menggunakan BBM subsidi. Alasan pemerintah sebenarnya untuk menekan penggunaan BBM bersubsidi yang ada di Indonesia, karena jumlah kendaraan Roda dua lebih banyak dibandingkan kendaraan Roda empat. Kebijakan tersebut tidak salah, tapi kurang tepat karena hanya kendaraan roda dua yang dimiliki oleh kelompok masyarakat menengah kebawah harus menanggung biaya lebih tinggi sedangkan kendaraan roda empat yang dimiliki oleh kelompok masyarakat berpenghasilan tinggi dapat merasakan BBM bersubsidi. Padahal jika dilihat dari kapasitas muatan Bensin, Kendaraan roda empat yang menyedot banyak subsidi BBM. Kebijakan-kebijakan pemerintah seperti ini tidak populer dan akan membuat kelompok masyarakat menengah kebawah akan semakin tertindas.
Pemerintah mengalami dilema dalam menetapkan kebijakan BBM saat ini. Tanpa pengendalian konsumsi BBM bersubsidi atau kenaikan harga BBM, anggaran subsidi BBM pada akhir tahun 2011 diperkirakan akan melonjak dari target awal Rp 95,9 triliun menjadi Rp 120,8 triliun.
Dengan memperhatikan ketentuan UU APBN 2011 serta perkembangan harga minyak dalam satu tahun terakhir, Pemerintah berketetapan, bahwa ketentuan mengenai Harga Jual Eceran Bahan Bakar Minyak Jenis Minyak Tanah (Kerosene), Bensin Premium dan Minyak Solar (Gas Oil) untuk Keperluan Rumah Tangga, Usaha Kecil, Usaha Perikanan, Transportasi dan Pelayanan Umum tidak mengalami perubahan.

Daftar sumber:
1. Opini subsidi BBM Untuk Siapa, oleh: Riandi Rizka. April 2011.
2. Sejarah Kelam Kenaikan BBM, oleh: Imam Khanafi (universitas Muria Kudus) Desember 2010.
3. TambangNew.com. Pertamina. Juni 2011.
Read More..